RELEGIUS




KISAH_Syekh Abdul Qodir Al Jaelani




Kisah Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat

Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat

Kisah Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat – Seperti dikisahkan Syekh Abdur Razak, putra Syekh Abdul Qodir Jaelani sendiri bahwa dalam
sebuah dialog, beliau bertanya kepada ayahandanya itu tentang sejak kapan ayahandanya tahu kalau dirinya adalah seorang wali.

“Sejak kapan ayahandanya tahu kalau ayahanda adalah seorang wali?”
Mendapat pertanyaan seperti itu dari putranya, maka Syekh Abdul Qodir Jaelani pun menjawab dengan mengenang masa lalunya, “Sejak aku berusia 10 tahun.
Saat itu, aku keluar dari negeriku dan pergi ke tempat belajar. Tiba-tiba saja, aku melihat para malaikat berjalan mengelilingiku. Saat itu, malaikat berkata pada anak-anak seusiaku, ‘Berilah jalan kepada wali Allah ini hingga ia benar-benar duduk.’ Maka bersamaan itu pula, lewatlah seorang pria yang aku kenal dengannya mendengar ucapan malaikat tadi. Maka spontan, ia bertanya kepada malaikat, ‘Ada apa dengan bocah ini?’ Para malaikat menjawab, ‘Ia akan menjadi orang besar. Ia memberi dan tidak ditolak, kokoh dalam spiritual dan tidak berhijab. Ia sangat dekat dengan Allah dan hal itu tidak disangsikan lagi. Lantas, setelah empat puluh tahun berlalu, barulah aku tahu bahwa ia adalah seorang wali badal pada saat itu.”
Setelah itu Syekh Abdul Qodir Jaelani menceritakan, “Saat ayah masih kecil, pernah ayah ingin main di negeriku bersama dengan anak-anak yang lain. Namun tiba-tiba ayah mendengar sebuah suara, ‘Ke sini wahai bocah yang diberkati!’ Spontan ayah lari ketakutan dan berlindung di bawah naungan nenekmu. Namun sekarang aku sering mendengar ia menyapaku dalam khalwatku.”
Sampai di sini, beliau berhenti sebentar, kemudian melanjutkan ceritanya lagi sambil didengarkan dengan seksama oleh sang putra, “Saat aku sedang melakukan mujahadah, jika aku terserang kantuk, aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘Hai, Abdul Qodir, engkau tidak diciptakan untuk tidur. Kami sangat mengasihimu dan janganlah kantukmu itu membuat engkau lalai kepada kami.’ Kisah Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat (Bahjah Al-Asrar, hlm.48).

Rasulullah Hadir di Majelis Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Rasulullah Hadir di Majelis Syekh Abdul Qadir Al-Jailani-Sesungguhnya yang hadir di majelis pengajian Syekh Abdul Qadir Al-Jailani bukan hanya para jemaah dan wali, melainkan juga para nabi. Bahkan Rasulullah saw konon dikabarkan sering hadir di majelis Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Jadi yang hadir di majelis Syekh Abdul Qadir Al-Jailani bukan hanya mereka yang masih hidup, tetapi juga orang-orang yang telah meninggal dunia.
Hal seperti itu diriwayatkan oleh Syekh Al-Kabir Al-Arifbillah Abu Said Al-Qailawi. Dalam sebuah kesaksiannya, Al-Qailawi menyaksikan bahwa ketika dirinya menghadiri majelis pengajian Syek Abdul Qadir Al-Jailani, dirinya meilhat Rasulullah saw dan para nabi yang lain hadir di majelis tersebut.
Kehadiran para nabi dan Rasulullah saw, kata Al-Qailawi, bukan hanya satu kali saja, melainkan berkali-kali dan dirinya menyaksikan sendiri. Nabi Khidir as dan ruh para nabi hadir dalam majelis tersebut, kata Al-Qailawi, banyak yang berlalu lalang di langit dan bumi seperti halnya awan bergerak di angkasa.
Selain para nabi, kata Al-Qailawi, para malaikat juga banyak yang hadir di majelis taklim Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Para malaikat hadir dengan berkelompok. Para jin pun tak mau ketinggalan. Makhluk halus pun juga banyak yang berbondong-bondong menghadiri majelis Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Singkatnya, baik orang hidup maupun yang telah wafat, baik makhluk kasatmata maupun tak kasatmata, seperti malaikat dan jin, banyak yang hadir di sana.
Di antara para nabi yang paling sering hadir di majelis Syekh Abdul Qadir Al-Jailani itu adalah Nabi Khidir. Dalam kesaksian Al-Qailawi bahwa nabi yang dulunya menjadi guru Nabi Musa as itu sering kali hadir di majelis pengajian Sang Sulthon Auliya itu.
Ketika Al-Qailawi mengetahui di majelis itu juga hadir Nabi Khidir, maka dirinya bertanya kepada nabi Allah yang misterius tersebut, kenapa beliau sering kali hadir di dalam majelis Syekh Abdul Qadir Al-Jailani? Kektika ditanyai seperti itu oleh Al-Qailawi, maka Nabi Khidir menjawab, “Barang siapa yang ingin mendatangkan keberuntungan, maka ia harus mendatangi majelis Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.”
Kemudian diriwayatkan oleh Syekh Abu Abdillah Abdul Wahab-salah seorang putra Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, bahwa jika ditotal, ayahandanya memberikan pengajian di majelisnya sekitar 40 tahun. Sebab, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mulai memberikan pengajian rutin di majelis taklimnya ini, kata Abdu Wahab, dimulai dari 521 H-561 H.
Sementara itu, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengajar dan memberikan fatwa di madrasahnya, kata Abdul Wahab, sekitar 35 tahun yang diawali sejak 528 H-561 H. Selama beliau memberi pengajian di majelisnya inilah banyak jamaah yang hadir, termasuk para wali dan para nabi, khususnya Rasulullah saw sendiri. Dan selama itu pula, kata Abdul Wahab, apa yang beliau ajarkan telah ditulis oleh 400 orang alim.

EDUCATION


PENCEMARAN SUNGAI DI BALIK CERAHNYA BATIK PEKALONGAN
Oleh:

Ayu Istiana 2118021

Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Pekalongan

E-mail: ayuistiana98@gmail.com

ABSTRAK
            Indonesia merupakan negara yang sedang menggalakkan pembangunan  di segala sektor, salah satunya di sektor industri. Pembangunan di sektor  industri memberikan dampak beragam. Dampak tersebut dapat ditimbulkan  oleh adanya limbah industri dan tingkat aktivitas manusia yang semakin meningkat. Adanya limbah buangan ini akan mempengaruhi kondisi  lingkungan alam dimana limbah itu terakumulasi.  Perairan adalah tempat akhir dari semua pembuangan limbah, baik limbah yang berasal dari rumah tangga maupun dari industri dan beberapa logam berat dalam konsentrasi yang tinggi. Limbah adalah konsekuensi logis dari setiap pendirian suatu industri  (pabrik) walaupun tidak semua industri menghasilkan limbah. Bila limbah  yang mengandung senyawa kimia tertentu dengan berbagai bahan berbahaya  dan beracun tertentu dilepas ke lingkungan maka hal tu akan mengakibatkan  pencemaran, baik di sungai, tanah maupun udara (Kristianto,2002).  Kota Pekalongan merupakan salah satu kota sentra industri batik yang  cukup besar. Hampir semua masyarakat Pekalongan mempunyai mata pencaharian sebagai pengusaha home industry batik. Kegiatan tersebut  menghasilkan limbah cair berasal dari obat pemutih dan obat pewarna batik  yang dapat meyebabkan pencemaran karena limbah tersebut langsung dibuang  ke sungai-sungai di sekitarnya (Anonim,2003).[1]
Kata Kunci: Pencemaran Air Sungai, Dampak Limbah Batik, Penanggulangan

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keberagaman budaya, salah satu dari kekayaan budaya di Indonesia adalah. Batik merupakan salah satu dari kebudayaan di Indonesia yang memiliki nilai seni yang tinggi.Hingga saat ini, pesona Batik telah banyak disukai baik didalam negeri maupun diluar negeri.Keindahan Batik Indonesia terletak pada motif yang muncul dalam  perbedaan kebudayaan. Jenis dan motif Batik tradisional maupun modern tergolong banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi masing masing daerah yang beragam. Batik Indonesia oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan nonbenda (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
Industri  batik nasional semakin berkembang akibat semakin banyaknya permintaan terhadap batik sejak dicanagkan hari batik nasional pada tanggal 2 Oktober 2009. Pada beberapa daerah mulai muncul kampung batik sebagai sentra batik khas daerah masing masing. Euforia Batik pun menjadi tampak sangat jelas di masyarakat. Sekolah mewajibkan siswa siswinya memakai seragam batik di hari tertentu. Karyawan bank, pegawai negeri, penyiar televisi, hingga instansi instansi swasta pun memakai Batik. Kota Pekalongan merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki jumlah UMKM yang cukup banyak dan didominasi oleh industri garmen dan batik yaitu sekitar 90,10 % dari keseluruhan jumlah industri yang ada di Kota Pekalongan. Dapat dilihat bahwa jumlah industri Batik skala kecil di Kota Pekalongan lebih banyak dari pada kota-kota lain di Jawa Tengah yang juga terkenal sebagai kota penghasil batik. Sebanyak 714 unit. Industri batik di Kota Pekalongan berangkat dari industri kerajinan rumah tangga yang merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap pendapatan daerah Kota Pekalongan. Secara keseluruhan sektor industri menyumbang kurang lebih 26,29% terhadap Pendapatan Penduduk Asli Daerah (PAD) Kota Pekalongan. Dalam output sektor industri di Kota Pekalongan juga terlihat bahwa sektor industri tekstil (yang di dalamnya mencakup industri batik) menghasilkan output paling besar.[2]

PEMBAHASAN
A.      Pencemaran Air Sungai Akibat Industri Batik
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri  perlu dikaji lebih mendalam, karena apabila hal ini tidak diperhatikan akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungan. Daerah yang dijadikan sebagai pusat industri mempunyai permasalahan tersendiri terhadap pencemaran, akan lebih bermasalah lagi ketika hasil buangan yang  berupa polutan yang sulit terurai dan akan mencemari lingkungan perairan apabila dibuang ke badan air seperti sungai atau saluran irigasi.
Permasalahan pencemaran lingkungan sungai akibat limbah cair menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk Pemerintah, Community, Pengusaha, Akademisi dan masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Pekalongan. Sehingga rendahnya tingkat kesadaran untuk menjaga lingkungan sungai menjadi masalah yang  penting. Kantor Lingkungan Hidup Kota Pekalongan menyatakan, seberapa canggihnya teknologi yang telah digunakan untuk mengatasi masalah pencemaran tidak akan berhasil apabila tingkat kesadaran masyarakatnya untuk menjaga lingkungan sungai sangat rendah.
Pemerintah Kota Pekalongan dalam launching PROKASIH (Program Kali Bersih) menyatakan hal yang tak kalah rumit, yakni masih kurangnya pemahaman serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan sungai. Begitu pula menurut Supriono, Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Pekalongan dalam lounching PROKASIH mengharapkan adanya kesadaran warga untuk terus menjaga kebersihan sungai (KOMINFO kota Pekalongan, 2012).
Berkah “industri batik” Pekalongan ternyata harus dibayar mahal oleh masyarakat, terutama dampak negatif pencemaran limbah industri yang dihasilkan (P3M STAIN Pekalongan, 2012). Semakin pesatnya pertumbuhan industri batik juga  berarti semakin banyaknya limbah yang dikeluarkan dan mengakibatkan  permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitar. Apalagi bila limbah yang dihasilkan dari industri batik tersebut dibuang langsung ke sungai. Seiring dengan  berkembangnya aktivitas masyarakat di sekitar bantaran sungai tentunya akan  berpengaruh terhadap kualitas air sungai. Apabila limbah industri dan limbah dari aktivitas masyarakat sehari-hari secara terus-menerus dibuang langsung ke perairan sungai dan melebihi kemampuan sungai untuk membersihkan diri sendiri (self  purification), maka timbul permasalahan yang serius yaitu pencemaran perairan sehingga  berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan dan kesehatan masyarakat yang memanfaat kan air sungai tersebut.
Penurunan kualitas air Sungai Pekalongan adalah perbuatan manusia yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan pencemaran lingkungan pada air sungai. terbatasnya upaya pengendalian pencemaran air diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan serta kurangnya penegakan hukum bagi  pelanggar pencemaran lingkungan. Krisis dan pencemaran air yang terjadi tersebut tidak terlepas dari pengetahuan, sikap, perilaku dan peran serta masyarakat yang  buruk dalam memanfaatkan dan mengolah sumber daya air secara berkelanjutan. Kesadaran terhadap lingkungan hidup merupakan aspek yang penting dalam  pengelolaan lingkungan hidup karena kesadaran terhadap lingkungan hidup merupakan bentuk kepedulian seseorang terhadap kualitas lingkungan, sehingga muncul berbagai aksi menentang kebijaksanaan yang tidak berwawasan lingkungan. (tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan terjadi sebagai akibat  berkembangnya pemahaman terhadap lingkungan itu sendiri ataupun akibat terjadinya perubahan kebutuhan nilai-nilai yang dianut, sikap dan karakteristik individu. Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara pandangan manusia terhadap kelestarian lingkungannya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pandangan manusia tersebut tergantung dari pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya serta norma-norma yang terdapat di sekitar lingkungan tempatnya berada.
Menurut Undang-Undang Republik UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) mengatakan bahwa  bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya perlu dilindungi dan dikelola dengan  baik. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus bebas dari buangan limbah  bahan berbahaya dan beracun dari luar wilayah Indonesia. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyatakan bahwa sungai merupakan salah satu bentuk alur air permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan di jaga kelestariannya.[3]

B.       Dampak limbah industri batik
Berdasarkan penelitian kondisi air Sungai Pekalongan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pekalongan, kondisi air sungai perkiraan sejak 9 april 2012 sampai sekarang di Sungai Pekalongan kadar BOD yang standarnya adalah 2 Mg/l tetapi di lapangan mencapai kurang lebih 5 Mg/l (pada kelas 1 dan Pk1) dan COD yang standarnya adalah 10 Mg/l tetapi di lapangan mencapai kurang lebih 58,43 Mg/l (pada kelas 1 dan Pk1). Ini sudah melewati ambang  batas yang seharusnya sehingga dapat digolongkan pencemaran yang terjadi di Sungai Pekalongan tergolong cukup tinggi.
Pencemaran yang terjadi di Sungai Pekalongan tergolong cukup tinggi karena perkembangan industri dan perdagangan di Kota Pekalongan. Walaupun sudah dibuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) ternyata belum mampu mengatasi tingkat pencemaran pada Sungai Pekalongan. Terbukti bahwa BOD, COD, DO yang terkandung di Sungai Pekalongan berada di atas ambang mutu batas baku yang telah ditentukan oleh KLH Kota Pekalongan. Warna air yang dulunya  jernih telah berubah menjadi kecoklatan, kemerahan, kehitaman bahkan berwarna hitam pekat. Hal ini mengindikasikan terjadinya pencemaran Sungai Pekalongan akibat limbah cair dari kegiatan industri yang larut dalam air. Timbulnya bau pada air lingkungan dapat pula dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya pencemaran air. Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari buangan air limbah  produksi batik dan dapat pula berasal dari buangan aktivitas masyarakat di sekitar sungai. Air yang tercemar pun dapat mencemari lingkungan seperti air sumur dalam masyarakat, padahal air sumur masih menjadi sumber air rumah tangga yang digunakan untuk mandi dan mencuci. Air yang tercemar berwarna dan berasa, air yang tercemar sangat berbahaya bila dikonsumsi dan di gunakan. Selain  pencemraran air, hal ini berdampak pada terjadinya banjir.[4]

C.      Mengelola Limbah Industri batik
Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan  pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling),  pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Bila  pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah maka  beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air Limbah akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah (pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu mengurangi beban  pengolahan limbah di IPAL.
Tren pengelolaan limbah adalah menjalankan secara terintegrasi kegitan  pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat  pencemarannya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi berbagai konsep seperti: produksi bersih, minimasi limbah.
Secara prinsip, konsep produksi bersih dan minimasi limbah mengupayakan dihasilkannya jumlah limbah yang sedikit dan tingkat cemaran yang minimum. Namun, terdapat beberapa penekanan yang berbeda dari kedua konsep tersebut yaitu: produksi bersih memulai implementasi dari optimasi proses  produksi, sedangkan minimasi limbah memulai implementasi dari upaya  pengurangan dan pemanfaatan limbah yang dihasilkan.Produksi Bersih menekankan pada tata cara produksi yang minim bahan  pencemar, limbah, minim air dan energi. Bahan pencemar atau bahan berbahaya diminimalkan dengan pemilihan bahan baku yang baik, tingkat kemurnian yang tinggi, atau bersih. Menggunakan pewarna alami merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan. Pewarna alami dapat dihasilkan dari ekstrak tanaman dan  buah yang mengandung pigmen (zat warna ). Indonesia dengan diversity (keanekaragaman ) hayati yang tinggi sangat potensial untuk menghasilkan  pewarna alami yang limbahnya ramah lingkungan.
Bahan alami belum banyak dimanfaatkan oleh pengrajin batik di Indonesia, bahkan The Word Batik Summit 2011 di Jakarta menghasilkan sebuah deklarasi bersama.pada point no. 5 yang menyataka industri batik indonesia harus didasarkan pada perlindungan alam dan lingkungan. Serta riset mengenai  penyediaan bahan pewarna tradisional yang alami dalam jumlah besar penting untuk digalakkan.

D.      Meminimalisir Limbah Industri batik
Minimasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah dan tingkat pencemaran limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan cara pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan limbah. Pengurangan limbah dilakukan melalui peningkatan atau optimasi efisiensi alat pengolahan, optimasi sarana dan prasarana pengolahan seperti sistem perpipaan, meniadakan kebocoran, ceceran, dan juga terbuangnya bahan serta limbah. Dengan disediakannya alat untuk membuang limbah, yang nantinya limbah tersebut masih dapat di gunakan lagi, menjadi meminimaliskan pembuangan zat berbahaya ke Sungai.
Pemanfaatan ditujukan pada bahan atau air yang telah digunakan dalam  proses untuk digunakan kembali dalam proses yang sama atau proses lainnya. Pemanfaatan perlu dilakukan dengan pertimbangan yang cermat dan hati-hati agar tidak menimbulkan gangguan pada proses produksi atau menimbulkan  pencemaran pada lingkungan. Setelah dilakukan pengurangan dan pemanfaatan limbah, maka limbah yang dihasilkan akan sangat minimal untuk selanjutnya diolah dalam instalasi pengolahan limbah. Pada kegiatan pra produksi dapat dilakukan pemilihan bahan  baku yang baik, berkualitas dan tingkat kemunian bahannya tinggi. Saat produksi dilakukan, fungsi alat proses menjadi penting untuk menghasilkan produk dengan konsumsi air dan energi yang minimum, selain itu diupayakan mencegah adanya  bahan yang tercecer dan keluar dari sistem produksi.
Dari tiap tahapan proses dimungkinkan dihasilkan limbah. Untuk mempermudah pemanfaatan dan pengolahan maka limbah yang memiliki karakteristik yang berbeda dan akan menimbulkan pertambahan tingkat cemaran harus dipisahkan. Sedangkan limbah yang memiliki kesamaan karekteristik dapat digabungkan dalam satu aliran limbah. Pemanfaatan limbah dapat dilakukan pada  proses produksi yang sama atau digunakan untuk proses produksi yang lain.
Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan selanjutnya diolah pada unit  pengolahan limbah untuk menurunkan tingkat cemarannya sehingga sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Limbah yang telah memenuhi baku mutu tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Bila memungkinkan, keluaran (output) dari instalasi pengolahan limbah dapat pula dimanfaatkan langsung atau melalui  pengolahan lanjutan.[5]

E.       Pengolahan Limbah Industri batik
Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah setelah sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi dan pengurangan serta pemanfaatan limbah. Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Limbah yang dikeluarkan dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik yang berlainan. Hal ini karena bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang digunakan juga berbeda. Namun akan tetap ada kemiripan karakteristik diantara limbah yang dihasilkan dari proses untuk menghasilkan produk yang sama. Karakteristik utama limbah didasarkan pada jumlah atau volume limbah dan kandungan bahan pencemarannya yang terdiri dari unsur fisik, biologi, kimia dan radioaktif karakteristik ini akan menentukan proses dan alat yang digunakan untuk mengelola air limbah. Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu: pengolahan pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment), dan pengolahan akhir (post treatment). Pengolahan  pendahuluan ditujukan untuk mengkondisikan alitan, beban limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk masuk ke pengolahan utama. Pengolahan utama adalah  proses yang dipilih untuk menurunkan pencemar utama dalam air limbah.
Selanjutnya pada pengolahan akhir dilakukan proses lanjutan untuk mengolah limbah agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Terdapat 3 (tiga) jenis proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air limbah yaitu: proses secara fisik, biologi dan kimia. Proses fisik dilakukan dengan cara memberikan perlakuan fisik pada air limbah seperti menyaring, mengendapkan, atau mengatur suhu proses dengan menggunakan alat screening, grit chamber, settling tank/settling pond, dan lain-lain. Proses biologi deilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses  biologi terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi  biologi dengan lumpur aktif (activated sludge), attached growth filtration, aerobic  process dan an-aerobic process. Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan kimia atau larutan kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu.[6]

KESIMPULAN
Kota Pekalongan merupakan salah satu kota sentra industri batik yang  cukup besar. Hampir semua masyarakat Pekalongan mempunyai mata pencarian sebagai pengusaha home industry batik. Kegiatan tersebut  menghasilkan limbah cair berasal dari obat pemutih dan obat pewarna batik  yang dapat meyebabkan pencemaran karena limbah tersebut langsung dibuang  ke sungai-sungai di sekitarnya. Dapat dilihat bahwa jumlah industri Batik skala kecil di Kota Pekalongan lebih banyak dari pada kota-kota lain di Jawa Tengah yang juga terkenal sebagai kota penghasil batik. Sebanyak 714 unit. Industri batik di Kota Pekalongan berangkat dari industri kerajinan rumah tangga yang merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap pendapatan daerah Kota Pekalongan. Secara keseluruhan sektor industri menyumbang kurang lebih 26,29% terhadap Pendapatan Penduduk Asli Daerah (PAD) Kota Pekalongan. Dalam output sektor industri di Kota Pekalongan juga terlihat bahwa sektor industri tekstil (yang di dalamnya mencakup industri batik) menghasilkan output paling besar.
Akan tetapi dengan pengeluaran hasil batik yang cukup besar, disini perlu juga kita memperhatikan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri, karena apabila hal ini tidak diperhatikan akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungan. Daerah yang dijadikan sebagai pusat industri mempunyai permasalahan tersendiri terhadap pencemaran, akan lebih bermasalah lagi ketika hasil buangan yang  berupa polutan yang sulit terurai dan akan mencemari lingkungan perairan apabila dibuang ke badan air seperti sungai atau saluran irigasi. Minimasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah dan tingkat pencemaran limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan cara pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan limbah. Pengurangan limbah dilakukan melalui peningkatan atau optimasi efisiensi alat pengolahan, optimasi sarana dan prasarana pengolahan seperti sistem perpipaan, meniadakan kebocoran, ceceran, dan juga terbuangnya bahan serta limbah. Dengan disediakannya alat untuk membuang limbah, yang nantinya limbah tersebut masih dapat di gunakan lagi, menjadi meminimaliskan pembuangan zat berbahaya ke Sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Meiyanti, Yanies dan, Arief Laila dkk, “Kajian Area Tercemar Pada Jaringan  Pembuangan Limbah Batik Kota Pekalongan Menggunakan Sistem Informasi Geografis”, Jurnal Geodesi Undip, 2014, Universitas Diponegoro, hlm. 77.








[3] Yanies Meiyanti, Arief Laila dkk, “Kajian Area Tercemar Pada Jaringan  Pembuangan Limbah Batik Kota Pekalongan Menggunakan Sistem Informasi Geografis”, Jurnal Geodesi Undip, 2014, Universitas Diponegoro, hlm. 77.

Cara Membuat Sop Buah Uyee


Technopreneurship


Kisah sukses Rusdi Ahmad Baamir menjadi juragan batik



Bagi bangsa Indonesia, keputusan Badan PBB untuk Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan (UNESCO) menjadikan batik sebagai warisan dunia adalah kebanggaan luar biasa. Tapi, bagi Rusdi Ahmad Baamir, batik bukan sekadar kebanggaan, melainkan juga jalan menuju kesuksesan.

Bagaimana tidak. Dari berdagang batik, Rusdi kini menjadi salah satu pengusaha batik papan atas. Ia memiliki 11 toko batik di pusat perdagangan Tanahabang, memasok batik di 38 gerai Ramayana Department Store, dan memiliki dua workshop (pabrik) batik di Pekalongan, Jawa Tengah.

Rusdi meraih kesuksesan itu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Ia harus jatuh bangun dalam merintis usaha batik yang diberi merek Salsa.

Sejak kecil, pria kelahiran Surabaya, 13 Juli 1974, ini sudah memiliki bakat wirausaha. Saat berumur 10 tahun, Rusdi yang sudah kehilangan ayah, membantu menyokong ekonomi keluarga dengan berjualan tali rafia dan plastik bekas di Pasar Ampel, Surabaya. “Waktu itu, saya bisa mengantongi Rp 50 per hari,” kenangnya.

Menginjak usia 12 tahun, Rusdi menjual parfum dan cenderamata dari Arab Saudi. “Kebetulan, ada kerabat yang tinggal di sana,” ujarnya. Pada 1993, selepas SMA, ia masih berjualan hingga tahun 1995. Tapi, lantaran ingin merasakan menjadi karyawan, ia bekerja pada sebuah pabrik sepatu di Surabaya. Meskipun digaji kecil dan hanya cukup untuk makan dan ongkos, ia tak berkecil hati. “Yang penting dapat pengalaman sebanyak mungkin,” ungkapnya.

Sebenarnya, Rusdi bekerja di bagian gudang. Tapi, karena lebih tertarik pada bagian pemasaran, ia membujuk seorang temannya di bagian sales marketing untuk mengajaknya keliling bila sedang dapat libur. Ternyata, perannya dalam memasarkan sepatu cukup terlihat. Buktinya, catatan penjualan si salesman meningkat dan mendapat pujian dari atasannya.

Tapi, setelah berjalan beberapa lama, rekan Rusdi itu memutuskan jalan sendiri lantaran takut ketahuan atasannya. Hasilnya, omzet penjualan kembali merosot. Setelah perusahaan menyelidiki, baru ketahuan bahwa selama ini penjualan bagus lantaran peran Rusdi.

Sadar akan potensi Rusdi, perusahaan lantas mengangkatnya menjadi tenaga sales marketing. Lantaran tak lagi buta di dunia marketing, ia sukses menjual stok sepatu yang menjadi tanggung jawabnya.

Sayang, karena dihajar krisis ekonomi 1998, perusahaan tak mampu membayar gaji karyawan. Rusdi memilih mengundurkan diri.

Jatuh bangun
Lantaran tak memiliki pekerjaan, Rusdi mencoba memproduksi sepatu hanya dengan modal Rp 2 juta. Tapi, usahanya gulung tikar dengan cepat lantaran kekurangan modal. Saat ini, daya beli masyarakat juga belum pulih. Ia sempat bekerja di perusahaan garmen. Tapi, itu pun tak lama lantaran perusahaan itu akhirnya bangkrut.

Bosan bekerja sebagai karyawan, Rusdi lantas mencoba berjualan batik di Pasar Turi, Surabaya. Ia mengambil stok baju batik yang menumpuk di gudang pakaian beberapa perusahaan di Surabaya. Ia menjual setelah batik itu dicuci ulang. Sayang, usaha itu tak bertahan lama lantaran kalah bersaing dengan pedagang lain.

Pada tahun 2000, saat mengantarkan saudaranya ke Solo, secara tidak sengaja, Rusdi menemukan pabrik kain yang tutup. Di dalamnya, ada stok kain yang sudah dua tahun menumpuk tak terpakai. Ia lantas membeli kain itu seharga Rp 4.000 per yard dan menjualnya lagi seharga Rp 5.000 per yard ke Pekalongan. “Saya lihat, kain itu masih bisa diproses menjadi batik,” ujarnya.

Dalam satu hari, Rusdi bisa meraup untung Rp 40 juta dari berjualan kain. Bahkan, dari usaha itu, ia mampu membeli rumah seharga Rp 400 juta. Tapi, pada 2002, usahanya merosot lantaran kalah bersaing dengan pengusaha lain yang bermodal lebih besar.

Tak mau putus asa, Rusdi lantas punya ide mengolah kain itu menjadi batik. Ia lantas belajar membatik secara autodidak. Ia memulai bisnis dari nol dengan terjun langsung ke Pekalongan, mendatangi perajin dan penjahit. Dari sini, ia menguasai bisnis batik dari hulu ke hilir.



Dikutip dari laman : peluangusahakontan.co.id

PROFIL


VIDEO SHOLAWAT

Powered by Blogger.

Labels

Pages

Pages

Pages

Blogroll

About

Argyle Creme Template © by beKreaTief | Copyright © Belajar_Berjuang_Berta'wa_Ayu_Istiana